Sagu Sebagai Alternatif Pangan Lokal yang Kaya Akan Gizi

Selasa, 3 September 2024 19:46 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
sagu pangan lokal
Iklan

sagu sebagai salah satu alternatif pangan lokal pengganti beras di Indonesia

Harga beras di Indonesia mengalami kenaikan harga yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh banyaknya perantara antara petani dan konsumen, meningkatnya permintaan dan tidak stabilnya ketersediaan  beras. Cara yang bisa di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut yakni mencari alternatif pengganti beras. Salah satu bahan yang dapat menjadi alternatif pengganti beras yaitu sagu, terutama bagi Masyarakat yang tinggal di bagian timur. Dikarenakan sagu banyak tumbuh di papua dan sekitarnya maka masyarakat banyak yang memanfaatkan sagu ini sebagai pengganti beras.

Sagu sering digunakan sebagai pengganti beras terutama bagi orang yang menderita diabetes dan masalah pencernaan. Karena sagu memiliki karbohidrat yang tinggi, protein, vitamin dan mineral. Dalam 100 gram sagu kering, mengandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium, dan 1,2 mg zat besi. Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram sagu kering sebanyak 355 kalori. Meskipun sagu memiliki lemak, karoten dan asam askorbat, Sebagian orang tidak mempermasalahkan hal itu dikarenakan jumlahnya yang sedikit. Namun tetap saja jika sagu dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan berbagai masalah kesetahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengkonsumsi sagu secara berlebihan akan menjadi dampak buruk bagi kesehatan. Meskipun sagu mengandung tinggi karbohidrat, tetapi kandungan nutrisi di dalamnya tergolong rendah. Beberapa dampak negatif dari mengkonsumsi sagu secara berlebihan antara lain meningkatkan risiko kegemukan, masalah pencernaan dan meningkatkan gula darah. Sebaiknya sagu di konsumsi secara bijak atau sesuai dengan porsinya. Jika dirasa masih takut untuk mengkonsumsi sagu, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli gizi atau bisa membaca tabel nutrisi yang tertera di kemasan sebelum mengolahnya.

Sagu biasanya diolah menjadi papeda jika dijadikan sebagai makanan pokok. Namun ada beberapa orang yang kurang suka dengan papeda, terutama pada teksturnya dan rasanya yang hambar. Dikarenakan masyarakat banyak yang kurang suka dengan hal tersebut, maka saya berinovasi mengolah sagu menjadi semacam beras tetapi memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari papeda itu sendiri. Dengan ditambahkan kacang kedelai yang tinggi protein dan jamur tiram sebagai sumber vitamin D3 atau niasin yang baik untuk perkembangan tubuh. Keuda bahan tersebut memiliki nutrisi yang lumayan tinggi sehingga dapat melegkapi nutrisi dari sagu . 

Ketiga bahan tersebut dapat diolah menjadi satu produk yaitu beras yang terbuat dari sagu. Banyaknya nutrisi yang di peroleh dari kedelai dan jamur membuat kita tidak perlu takut menjadikan produk tersebut sebagai makanan pokok pengganti beras. Bahan-bahan tersebut saya pilih karena banyak tumbuh di daerah yang lembap. Terutama jamur yang berkembang biak saat kondisi lembap. Jamur juga dapat tumbuh di beberapa batang pohon.

Sagu dengan nama lain Metroxylon spp ini adalah tanaman khas daerah tropis. Tanaman sagu ini sangat menyukai tempat yang lembap sehingga sangat cocok tumbuh di daerah tropis. Pertumbuhan sagu dipengaruhi oleh banyak factor. Faktor internal terkait kualitas bibit tanaman sagu, dan faktor eksternalnya yaitu faktor lingkungan sekitar. Namun tanaman sagu ini termasuk tanaman yang tumbuh lambat dan dibutuhkan waktu bertahun-yahun sampai sagu siap dipanen.

Dari beberapa fakta yang ada di paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa di Indonesia banyak tanaman yang sebenarnya memiliki segudang manfaat, tetapi belum di manfaatkan secara maksimal. Sebagai generasi muda, kita harus melestarikan lingkungan kita, terutama tanaman sagu. Dikarenakan Indonesia yang beriklim tropis sehingga sangat cocok sebagai tempat budi daya tanaman sagu. Terutama di daerah rawa dan lahan gambut. Namun sagu juga dapat tumbuh di tanah subur. Oleh karena itu marilah kita lebih memperhatikan kandungan-kandungan nutrisi yang ada pada tanaman.

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler